“Harga pupuk subsidi di Kabupaten Garut seolah punya dua kitab suci berbeda satu berdasarkan keputusan presiden, satu lagi berdasarkan “fatwa kios”. Akibatnya, petani kembali jadi korban tetap, sementara aturan hanya laris di spanduk dan konferensi pers.”
LOCUSONLINE, GARUT – Penelusuran lapangan pada Jumat (5/12/2025) di sejumlah kecamatan di Kabupaten Garut menunjukkan fakta tak mulus pupuk subsidi yang mestinya turun harga, justru naik kelas menjadi “pupuk versi spesial” karena dijual melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Pemerintah sudah menurunkan harga, tetapi kios di bawah malah menaikkan kreativitas.
Berdasarkan keputusan Presiden RI pada Oktober 2025, harga pupuk subsidi jenis urea resmi turun dari Rp2.300/kg menjadi Rp1.800/kg. Namun beberapa kios eceran resmi justru masih menjual di kisaran Rp2.000/kg hingga Rp100.000 per karung, lengkap dengan narasi pembenaran khas distributor: “harga naik karena bongkar muat.”
Di lapangan, kondisi tidak seindah tabel pengumuman. Petani asal Kadungora berinisial OS mengaku tak lagi menghitung laba bertani yang dihitung kini hanya panjang napas menghadapi harga pupuk yang tak sesuai perintah negara.
“Keputusan presiden sudah jelas, tapi harga di kios masih belum stabil. Yang turun itu cuma pamflet, bukan harga,” ujar OS saat ditemui di area pesawahan, Kamis (4/12/2025).
Menurut OS, dalih yang diberikan kios cukup sederhana: distributor menjual Rp1.800/kg, kios mengambil margin Rp200/kg demi ongkos bongkar meski angka itu jelas berada di atas HET.
“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”
