Satu nama krusial, Jurist Tan, masih berstatus buron perannya disebut vital, ibarat tokoh kunci season finale drama KPK vs Elite, tapi hilang sebelum cuplikan episode.
Namun Kejagung santai, “Tidak akan terpengaruh dengan ketiadaan satu orang pelaku.”
Dalam bahasa sarkas meski yang diburu hilang, sidang tetap jalan, spektrum hukum tetap penuh sinyal.
Jaksa Penuntut Umum Roy Riady menyampaikan teaser sidang dengan nada yang jarang terdengar dari gedung penegak hukum.
“Dakwaan akan menguraikan semua kejahatan Nadiem Makarim dan kawan-kawan,” tegasnya.
Kalimat itu terdengar seperti rilis trailer film investigasi, berbasis bukti penuh pembacaan detail dan siap bikin publik mengulang pertanyaan lama, “Laptop kemarin itu sebenarnya untuk belajar atau untuk lelang jabatan elektronik?”
Setelah bertahun-tahun mendengar jargon, “kelas masa depan,” “ekosistem digital,” “inovasi pembelajaran berbasis cloud,”
Faktanya kelas digital justru terseret ke ruang sidang paling analog dalam urusan pengadilan, ruang Tipikor. Digitalisasi ditegakkan, anggarannya melayang, terdakwanya melenggang, buronnya menghilang.
Kasus Chromebook bukan hanya soal perangkat, tapi soal bagaimana ambisi modernisasi akhirnya tersangkut pada kabel listrik pengadaan. Revolusi digital dijanjikan untuk murid, tapi yang menikmati duluan justru auditor.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”









