Editorial ini mencatat, keberanian menghentikan izin harus diikuti keberanian menolak tekanan. Jika tidak, kebijakan ini akan berumur pendek, berhenti di baliho dan konferensi pers. Lebih buruk lagi, bisa berubah menjadi negosiasi sunyi: izin ditahan di depan, dilonggarkan di belakang.
Pada akhirnya, moratorium ini seharusnya menjadi momentum koreksi bersama. Alam bukan musuh pembangunan, tapi mitra yang selama ini diabaikan. Jika suara alam baru didengar setelah banjir datang, berarti negara selalu terlambat satu musim hujan.
Jawa Barat kini punya kesempatan membuktikan bahwa pembangunan tidak harus selalu dibayar dengan air mata warga. Rem darurat sudah ditarik. Tinggal diuji, apakah kemudi benar-benar dibelokkan, atau sekadar berhenti sejenak sebelum kembali melaju ke arah yang sama.*****

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”












