Baca Juga : Hari Ibu di Garut Tak Cuma Bagi Bunga, Para Ibu Naik Gunung Ajak Alam Berdamai
Sementara itu, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Kemendes PDT Cece Yusuf mengingatkan bahwa bambu bukan cuma soal ekonomi, tapi juga soal ekologi. Ia mengutip filosofi Sunda klasik yang terasa makin relevan di tengah krisis lingkungan.
“Gunung kudu diawian, lengkob kudu dibalongan, lebak kudu disawahan. Ini bukan sekadar pepatah, tapi pedoman tata ruang dan kelestarian,” ujarnya.
Dari sisi desa, Kepala Desa Mekarsari Ajie Nugraha mengungkapkan bahwa acara tersebut lahir dari gotong royong warga, meski digelar di ujung tahun dengan dana desa yang terbatas. Ia juga melaporkan bahwa Mekarsari telah menanam 7 hektare bambu di tanah carik desa dan tanah negara, dengan dukungan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.
Sebagai penutup, Desa Mekarsari menyiapkan RT RW Award, bentuk apresiasi bagi para “pejuang lini depan” pelayanan warga.
“Memang tidak sebanding dengan perjuangan mereka, tapi ini bentuk terima kasih kami,” pungkas Ajie.
Dari pasar rakyat hingga sorotan nasional, Mekarsari membuktikan satu hal kalau bambu dikelola serius, desa bisa berdiri tegak tanpa harus jadi beton dulu.*****
“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”
