LOCUSONLINE.CO – Azima Nur Hafizah (10 bulan), bayi malang yang divonis menderita Hidrocefalus, warga Kp. Sukasari RT/RW 002/005 Desa Jatisari, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut mencuri perhatian berbagai pihak.
Pasalnya, bayi malang tersebut harus menjalani operasi berulang-ulang. Kini, untuk mempertahankan hidupnya, dokter memasang selang dan alat medis lainnya di sejumlah anggota badan bayi itu.
Pemantauan media ini, bayi berwajah imut dan cantik itu telah dipasang selang dari kepala hingga ke perut. Kedua orang tua bayi mengaku pasrah dengan kondisi anaknya tercintanya.
Namun kedua orang tuanya mengaku sangat sedih, karena saat ini mengalami kesulitan ekonomi dan biaya biaya untuk merawat anak tercintanya itu, karena bisnis yang mereka jalankan mengalami kebangkrutan dan jadi korban penipuan.
Pasca operasi yang dilakukan sebanyak dua kali di RS. Santosa Bandung, kini sejumlah pihak pun mendatangi keluarga dan orang tua bayi tersebut langsung ke kediamannya secara terpisah dan waktu yang berbeda.
Orang tua bayi malang penderita Hidrocefalus Yusuf dan Widya Oktavianti saat ditemui di kediamannya mengatakan, pihaknya sangat bersedih, karena putri bungsunya divonis penyakit Hidrocefalus dan harus menjalani operasi di RS Santosa Bandung.
Musibah yang kami alami keluarga ini seakan pas dengan pepatah “Sudah Jatuh Tertimpa Tangga”. Di saat usahanya sedang anjlok, kini anaknya pun harus di operasi ke Bandung, karena fasilitas rumah sakit di Garut kurang memadai
“Harus di operasi ke RS Santosa Bandung katanya, karena fasilitas di RSUD kurang memadai. Dan untuk pulang pergi ke Bandung, kami membutuhkan biaya yang cukup besar,” ujar Widya kepada LOCUS, di kediamannya, Rabu (25/10/2023).
Widya mengaku malu harus mencari uang pinjaman dan bantuan kepada saudara-saudaranya dan orang-orang serta pihak pemerintah. Namun apalah daya, kondisi anaknya yang memprihatinkan memaksanya untuk sementara membuang rasa malunya.
“Anak saya juga divonis stunting karena bobot berat badannya tidak sesuai dengan usianya. Suami saya baru bekerja di perusahaan Bus di Tasikmalaya dan anak saya ini harus saya gendong setiap saat, karena tidak bisa ditinggal,” ujar ibu empat anak ini menjelaskan.
Widya mengaku memiliki rumah yang layak dan ada perabotan yang cukup bagus, namun itu semua sudah dianggunkan ke pihak bank. Widya pun memiliki banyak tanggungan. “Saya juga punya anak-anak yang sudah duduk di bangku sekolah dasar. Satu keponakan yang masih balita yang harus dijaga bersama kedua orang tua saya,” katanya.
Widya mengaku, anaknya mendapat bantuan langsung dari Dinas Sosial Kabupaten Garut berupa uang tunai sebesar Rp 1.000.000. Sebelumnya, ada juga bantuan tunai dari Kader PKS Garut, Indra Kristian dan Ketua MPC PP Kabupaten Garut, H. Delit. Widya pun merasa terbantu atas perhatian pemberi bantuan.
“Sebelum anak saya di operasi, saya mendapat bantuan dari pihak PDIP Garut, Kang Yudha dan Ibu Diana serta dari Ketua Pemuda Pancasila Kabupaten Garut, H. Delit dan Kang Indra Kristian dari Partai PKS sekaligus Dankoti PP Garut,” ujarnya.
Setelah anaknya menjalani operasi, ada juga bantuan dari Dinas Sosial kabupaten Garut berupa uang tunai. Widya mengaku bantuan itu sangat bermanfaat untuk pengobatan anaknya tercinta. “Semoga bantuan ini bermanfaat bagi anak saya. Mohon doa kepada semuanya, agar kami diberikan kekuatan dan anak saya diberi kekuatan dan kesembuhan,” katanya.
Keluarga Widya mengaku ikhlas dengan musibah yang dialaminya. Penyakit yang diderita anaknya kini, dianggap sebagai ujian dari Tuhan yang maha esa. “Saya pasrahkan semuanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Tuhan yang maha segalanya,” katanya.
Widya juga menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Hans karaoke, salah satu perusahaan karaoke keluarga yang di berada di Kawasan Fave Hotel Garut. “Anak saya nangis terus dan gak mau dilepas dari gendongan. Beban saya mulai berkurang setelah ada bantuan berupa Stoller dari Ibu Julia, pengelola Hans Karaoke Garut,” tandasnya.
Selain itu, pengelola Hans Karaoke juga membantu dirinya untuk mengajukan bantuan ke Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Garut berupa uang tunai.
“Bu Julia menyarankan saya untuk mengajukan bantuan kepada Baznas. Alhamdulillah setelah menunggu dua bulan bantuan itu datang. Saya dan keluarga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu keluarga kami, khususnya bayi kami tercinta,” katanya.
Dinas Sosial Membantu
Sementara itu, usai memberikan bantuan berupa uang tunai kepada keluarga yang memiliki masalah kesehatan yang diakibatkan penyakit Hidrocefalus, Dinas Sosial menyatakan bantuan uang tunai yang diberikannya langsung kepada pihak keluarga bayi penderita Hidrocefalus sesuai dengan Perda (peraturan daerah)yang berlaku di Kabupaten Garut.
“Sesuai dengan pesan pak Bupati Garut, Bapak H. Rudy Gunawan, kami dari Dinas Sosial menyampaikan amanah berupa uang tunai kepada pihak keluarga adinda Azima Nur Hafizah. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan kesembuhan,” ujar Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, Kabupaten Garut Drs. Dadang Bunyamin, Rabu (25/10/2023).
Dadang berharap, kedua orang tua bayi juga diberikan kekuatan, kesehatan dan rezeki yang berlimpah. “Doa kami atas nama Pemkab Garut, khususnya Dinas Sosial Garut semoga adinda Azima Nur Hafizah diberikan rezeki berlimpah,” terangnya.
Operasi Pertama Gunakan Dana Koropak Desa
Sebagai seorang ibu, pasti semua wanita akan merasa sedih ketika melihat anak tercinta terbaring sakit, tetapi tidak memiliki uang untuk berobat. Itulah yang dialami oleh Widya, ibu dari anak bernama Azhima Nur Hafizah. Bayi berusia 10 bulan.
Anaknya itu divonis menderita penyakit Hidrocefalus sejak lahir dan sudah dirawat di RSUD dr Slamet Garut selama dua bulan lamanya. Setelah itu Widya dan keluarganya merawat Azhima di rumahnya. Namun setelah tiga bulan, atau ketika usianya mencapai 5 bulan, Azhima harus menjalani operasi.
“Operasi pertama dilakukan saat mencapai usia 5 bulan dan operasi kedua dilakukan saat anak saya berusia 9 bulan 16 hari. Di saat operasi pertama, saya dibantu pihak menggunakan dana koropak desa, namun disaat operasi kedua tidak ada bantuan sama sekali. Bahkan meminjam ambulan pun tidak diberikan. Pihak desa malah meminta uang untuk biaya supir dan bensin sebanyak Rp 300.000. Makanya saya minta bantuan ambulan PDIP,” katanya.
Widya mengaku berterima kasih kepada pihak desa yang telah membantu anaknya menjalani operasi pertama, walau saat operasi kedua seperti tidak ada respon sama sekali. “Sesudah operasi di Bandung kami pulang ke Garut menggunakan Bis, karena tidak ada bantuan ambulance. Demi Allah sepedih itu nasib kami,” papar Widya.
(asep ahmad)