Alangkah hebatnya orang-orang yang mukhlis, mereka merupakan pelita yang dapat menguak gelapnya fitnah (HR. Abu Nu’aim)
Keren banget sih orang-orang mukhlis (ikhlas), seperti lilin yang menerangi gelapnya fitnah! Mereka hanya berharap kepada Allah saja.
Bayangkan, mereka selalu merasa puas dengan apapun rezeki yang diberikan Allah, besar atau kecil. Kok bisa? Karena hati mereka sudah terbebas dari keinginan duniawi.
Nah, untuk tahu seberapa ikhlas seseorang itu, kita bisa lihat apakah pikiran dan perasaannya masih terikat dengan keinginan duniawi atau tidak. Kalau sudah terlepas total, maka dia akan selalu merasa puas dalam segala kondisi, entah diberi rezeki materi maupun kesempatan hidup. Itulah awal menuju puncak keikhlasan yang dimaksudkan dalam hadits ini.
Tapi ingat ya, keikhlasan itu kompleks seperti puzzle yang punya banyak bagian. Makin banyak komponen yang terkumpul di hati kita, makin tinggi tingkat keikhlasannya. Kadang kita bisa merasa puas dalam satu hal, tapi kurang dalam hal lain.
Kenapa bisa gitu? Karena ada banyak faktor yang mempengaruhi, seperti lingkungan, usia, kematangan jiwa, pengalaman, dan ilmu pengetahuan. Kalau semua faktor itu mendukung, maka keikhlasan pun akan lebih mudah dicapai.
Jadi, keikhlasan itu seperti sistem yang kompleks dengan berbagai komponennya. Setiap orang memiliki tingkat keikhlasan yang berbeda-beda karena perbedaan bobot ruhani mereka.
Ingat, hidup itu bukan hanya soal uang saja, tapi juga tentang seluruh aspek kehidupan seorang muslim. Semua manusia punya keinginan yang sama, ingin kaya dan berilmu. Perbedaannya terletak pada bagaimana cara kita menghadapinya.