LOCUSONLINE, JAKARTA – Di balik layar Istana, tempat segala hal tampak tertata dan profesional, kisah memilukan datang dari sosok yang justru bekerja menjaga citra negara: Kani Dwi Haryani, staf media Presiden Prabowo Subianto. Kariernya gemilang, rekam jejak jurnalistiknya kuat. Tapi semua itu tak cukup untuk menghalau jebakan yang mengintai siapa saja: penipuan cinta.
Kani ditipu oleh seorang perempuan berinisial MS, warga Banten, yang menyamar sebagai pilot tampan bernama Febrian. Berbekal akun Instagram dan kemasan cinta digital, MS menggiring korban dalam ilusi hubungan asmara. Modusnya klasik tapi masih ampuh: membangun kepercayaan, lalu meminta uang dengan dalih biaya pendidikan adik. Uang Rp48 juta pun raib.
Kisah bermula dari “perkenalan” di Instagram akhir 2024. Bukan selebritas, bukan tokoh publik, hanya akun dengan narasi menarik: seorang pilot muda penuh perhatian. Komunikasi semakin intens, rayuan dibungkus sopan, hubungan terasa “spesial”. Tapi ada yang tak pernah hadir—pertemuan nyata. Hanya teks, hanya suara. Dan ketika permintaan bantuan uang datang, semuanya seolah masuk akal bagi hati yang sudah percaya. Yang menyakitkan, ini bukan cerita tunggal.
Penelusuran redaksi menemukan, dalam dua tahun terakhir, kasus love scamming meningkat tajam, seiring menjamurnya aplikasi kencan dan media sosial. Kominfo pernah menyebut love scamming sebagai “penipuan era baru” yang menyerang langsung pusat emosi manusia: rasa percaya dan kebutuhan untuk dicintai.
Di Lebak, Banten, lebih dari dua remaja perempuan dilaporkan menjadi korban. Mayoritas pelaku tidak dikenal secara langsung. Modusnya sama: akun palsu, janji manis, dan permintaan uang yang terus meningkat.
Baca Juga :
Mantan Bupati Ditahan, Terlibat Dugaan Korupsi Lahan Rp237 Miliar
Menurut psikolog klinis yang diwawancarai redaksi, love scamming bekerja karena menyerang lapisan terdalam manusia: kebutuhan akan kasih sayang, penerimaan, dan validasi emosional.
