LOCUSONLINE, GARUT — Di tengah gegap gempita pesta pernikahan anak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dengan Wakil Bupati Garut Putri Karlina, tiga nyawa rakyat harus melayang. Tragedi yang terjadi saat acara makan gratis itu kini coba ditutup dengan janji investigasi dan prosedur yang “sudah sesuai SOP”—sebuah kalimat klise yang kerap muncul setelah nyawa melayang di panggung kekuasaan. Sabtu, 19 Juli 2025
Kapolda Jawa Barat Irjen Rudi Setiawan memastikan bahwa pihaknya akan melakukan investigasi dan pendalaman. Namun, publik bertanya-tanya: adakah keberanian untuk menyentuh aktor utama dari pesta megah ini, atau cukup menuding panitia kelas bawah dan aparat pelaksana?
“Polisi akan menyelidiki apakah ada unsur kelalaian atau tidak, dan siapa yang harus bertanggung jawab,” kata Rudi. Pernyataan yang terdengar normatif di tengah fakta bahwa 404 personel gabungan telah disiagakan, namun gagal mencegah tragedi.
Ironisnya, Polres Garut justru mengklaim semua pengamanan telah berjalan sesuai prosedur. Prosedur macam apa yang gagal membaca risiko saat ribuan orang diundang tanpa batas kapasitas dan mitigasi?
Kapolda bahkan turun langsung memimpin olah TKP dini hari, menanyakan posisi jatuhnya korban seperti Cecep, anggota polisi yang tewas saat membantu warga. Namun, penyelidikan ini belum menyentuh soal siapa yang menyuruh menggelar acara massal tanpa kendali di tengah lapangan terbuka, tanpa jalur evakuasi memadai.
Tiga korban tewas yang kini menjadi simbol dari tragedi ini adalah Vania Aprilia (8), Dewi Jubaedah (61), dan Bripka Cecep Saeful Bahri (39). Ketiganya bukan elite, bukan pejabat, bukan bagian dari keluarga besar penguasa. Mereka hanyalah rakyat yang datang mencari kebahagiaan dalam pesta yang katanya “untuk rakyat”.
