LOCUSONLINE, PURWAKARTA – Di negeri antah-berantah bernama Purwakarta, angka rumah tidak layak huni (Rutilahu) tampaknya lebih awet daripada niat mulia para pemimpinnya. Berdasarkan data resmi Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim), masih ada 10.775 unit rumah yang pantas disebut “museum penderitaan rakyat”, tersebar manis di seantero kabupaten. Jumat, 24 Juli 2025
Namun jangan khawatir, Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein punya jurus sakti bernama Program Imah Alus. Program ini konon akan menyulap rumah reyot menjadi hunian Sunda rasa impian, meski baru menyentuh 302 unit saja tahun ini. Jumlah yang cukup… kecil, jika dibandingkan dengan total daftar panjang rumah roboh yang nyaris menjadi puing permanen.
Kabid Disperkim, Ofi Sofyan Gumelar, menjelaskan dengan semangat administrasi bahwa Rp12 miliar dari APBD 2025 telah dialokasikan. Hebatnya lagi, dengan dana segar sebesar itu, tiap unit hanya diberi Rp40 juta cukup untuk membuat rumah panggung bergaya lokal, meskipun belum tentu cukup untuk membuat penghuninya naik pangkat dari sengsara menjadi sejahtera.
“Konsepnya rumah Sunda,” kata Ofi, mungkin dengan harapan bahwa aroma bambu dan kayu bisa menutupi bau lembap kemiskinan.
Sampai Juli 2025, capaian fisik program ini tak kalah mengharukan: 15 unit rumah rampung, 20 unit masih dibangun, dan 25 unit masih diproses di tumpukan kertas administrasi. Total 60 unit berjalan, sisanya masih menunggu mukjizat dari langit atau mungkin audit dari KPK.
Baca Juga : Rombel Dedi Mulyadi Gemuk, AC Tipis: Pendidikan Ala Lemari Es
Tak cukup puas mengandalkan uang rakyat, Pemkab pun mengintip kantong perusahaan. Program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) disebut-sebut bisa jadi penyelamat. Karena di Purwakarta, ketika negara kehabisan akal, korporasi didorong jadi dewa penolong. “Bisa dari Bank Jabar, Baznas, atau siapa saja yang sedang merasa bersalah,” ujar Ofi, seolah Rutilahu bisa dibereskan dengan donasi dan niat baik.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”