“Mesin birokrasi Garut resmi ganti 13 sopir baru. Bupati Syakur berjanji laju akan lebih cepat, meski publik paham, di pemerintahan, gas dan rem sering dikendalikan oleh tangan yang tak terliha”
LOCUSONLINE, GARUT – Kamis, 14 Agustus 2025, Pendopo Garut menjadi panggung utama drama politik birokrasi: Bupati Garut Abdusy Syakur melantik 13 pejabat eselon II. Ini adalah pelantikan perdana sejak ia duduk di kursi bupati enam bulan lalu kursi yang kini juga jadi simbol siapa duduk di mana dalam permainan kekuasaan daerah.
Berdasarkan SK Bupati Nomor 800.1.3.5/KSP.1111/BKD/20025, Syakur menyebut langkah ini sebagai “tonggak awal” untuk menata organisasi agar lebih cepat, lincah, dan dekat dengan masyarakat. “Jangan tunggu arahan, proaktif cari solusi,” pesannya. Meski begitu, publik paham, arahan dari atas seringkali lebih cepat sampai ke telinga bawahan ketimbang keluhan warga sampai ke meja bupati.
Syakur mengklaim rotasi dan promosi ini hasil evaluasi ketat, mempertimbangkan kompetensi, integritas, dan semangat melayani. Tapi di dunia nyata, jabatan kerap punya variabel tambahan: kedekatan, kesetiaan, dan kepiawaian membaca arah angin politik.
Baca Juga : Pemkab Garut Temukan Cara Baru Merayakan Kemerdekaan: Usir Pendeta, Segel Rumah Doa, Demi “Ketertiban Umum”
Formasi baru ini diharapkan memperkuat kinerja Pemkab Garut di berbagai sektor. Namun, bagi sebagian masyarakat, rombakan ini lebih mirip ganti sopir di tengah perjalanan panjang di mana kecepatan kendaraan tetap bergantung pada kualitas jalan dan bensin yang tersedia, bukan sekadar siapa yang memegang setir.
Daftar Pejabat yang Dilantik:
Dedi Mulyadi (Asisten Daerah II), Margiyanto (Staf Ahli Bupati), Eko Basuki (Kepala Dinas Damkar), Tanti (Kepala BKD), Ahmad Mulyana (Staf Ahli Bupati), Ganda Permana (Kasat Pol PP), Asep Wawan (Kepala Dinas Pendidikan), Rizki Ridznurdin (Kepala Bapenda), Hendra Gumilar (Kepala Dinas Koperasi dan UMKM), Budi Gan Gan (Kepala DPMPT), Saepul (Kepala BPKAD), dr. Ingeu (Direktur RSUD dr. Slamet Garut), dan Agus Rika (Kepala Dinas Perkim).

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”