“Negara boleh bangga dengan jargon “bonus demografi”, tapi jangan lupa: bonus itu lahir dari generasi tua yang sekarang menua dalam sepi. Kalau mereka saja tidak dipedulikan, apa gunanya semua kemajuan yang dibanggakan?”
LOCUSONLINE, PURWAKARTA – Di usia 65 tahun, Rachmansyah seharusnya sudah duduk manis menikmati senja dengan tenang. Tapi kenyataan di Purwakarta berbeda: ia hidup sebatangkara, sakit-sakitan, nebeng di rumah cucu, dan hanya berharap bisa makan lauk sama minum sehari-hari.
“BPJS mah alhamdulillah ada, tapi buat lauk dan minum siapa yang mikirin? Tempat tinggal juga begini seadanya. Fisik sudah nggak kuat kerja, jadi orang juga nggak mau pakai jasa saya lagi,” kata Rachmansyah, Selasa (9/9/2025), sambil tersenyum getir.
Katanya Indonesia menuju negara maju 2045, tapi warganya yang sudah renta masih harus menunggu belas kasihan keluarga, tetangga, bahkan orang asing. Ironis, negara sibuk hitung pembangunan megaproyek, sementara rakyat tua cukup bermimpi punya lauk yang nggak hanya nasi putih dan garam.
“Kalau bisa ada rumah singgah atau rumah jompo dari pemerintah. Jadi nggak terus-terusan nebeng. Malu juga kalau dikasih orang terus,” tambahnya.
Kisah Rachmansyah bukan satu-satunya. Banyak lansia di Purwakarta dan daerah lain yang terpinggirkan. Mereka bukan minta jalan tol baru, bukan minta stadion megah, bukan minta proyek mercusuar. Mereka cuma butuh makan layak, minum, dan atap yang nggak bocor.(Laela)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”