“Menanam pohon bisa dilakukan siapa saja tapi menjaga hutan? Itu pekerjaan yang selama ini kalah telak oleh kepentingan.”
LOCUSONLINE, GARUT – Kampung Panyindangan, Desa Sukamanah, Kecamatan Malangbong, berubah jadi saksi lahirnya barisan muda yang ogah mewarisi “air mata ekologis”. Sebanyak 32 pecinta alam dari berbagai daerah berkumpul di wadah Buana Cakra Wibawa untuk aksi menanam 3.000 bibit pohon dalam rangka Hari Menanam Pohon Indonesia 2025. Aksi ini dibuka langsung Wakil Bupati Garut, drg. Hj. Luthfianisa Putri Karlina MBA, Sabtu (29/11/2025).
Di hadapan para relawan dan pejabat lintas instansi, Putri Karlina tak segan menyentil kondisi lingkungan Garut yang mengalami degradasi tingkat akut. Menurutnya, gunung-gunung Garut kini jauh dari kata “adem”, berbeda dengan masa kecilnya ketika udara dingin adalah fasilitas publik gratis, bukan barang mewah yang digantikan AC.
“Banjir bukan cuma di Garut Kota, tapi sudah tembus Cisurupan. Kalau kita tidak melakukan apa pun, jangan sampai kita mewarisi air mata. Kita harus mewarisi mata air,” tegas Putri, mengutip puisi Mang Dadang yang dibacakan di lokasi.
Aksi menanam 3.000 pohon ini digadang-gadang sebagai langkah pemulihan hutan yang telah lama digerus penebangan liar dan konversi lahan. Namun, tanpa penindakan serius terhadap pihak yang merusak, upaya rehabilitasi hanya akan menjadi sekadar “perayaan tanam bibit”, bukan solusi jangka panjang.
Baca Juga : Misteri Gelondongan Kayu dari Banjir Sumatera: Alam Berteriak, Negara Pure-pure Lupa
Para relawan Buana Cakra Wibawa disebut datang dari berbagai wilayah demi ikut menanam. Bagi Wakil Bupati, kedatangan mereka adalah sinyal bahwa publik sudah muak dengan kerusakan hutan yang dibiarkan berlarut-larut.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”












