“Operasi pertama dilakukan saat mencapai usia 5 bulan dan operasi kedua dilakukan saat anak saya berusia 9 bulan 16 hari. Di saat operasi pertama, saya dibantu pihak menggunakan dana koropak desa, namun disaat operasi kedua tidak ada bantuan sama sekali. Bahkan meminjam ambulan pun tidak diberikan. Pihak desa malah meminta uang untuk biaya supir dan bensin sebanyak Rp 300.000. Makanya saya minta bantuan ambulan PDIP,” katanya.
Widya mengaku berterima kasih kepada pihak desa yang telah membantu anaknya menjalani operasi pertama, walau saat operasi kedua seperti tidak ada respon sama sekali. “Sesudah operasi di Bandung kami pulang ke Garut menggunakan Bis, karena tidak ada bantuan ambulance. Demi Allah sepedih itu nasib kami,” papar Widya.
Kebingungan Menjelang Operasi

Widya mengaku kebingungan ketika anaknya mau menjalani operasi kedua di Bandung. Pasalnya, sebelum di operasi malah muncul tagihan dari BPJS sebesar Rp 500.000 lebih. Widya pun menelfon ke beberapa orang namun tidak ada yang menolongnya, sehingga penanganan di RS cukup lama. Disanalah akhirnya Widya dan suaminya memberanikan diri meminta bantuan lagi kepada pihak PDIP Garut.
“Sebenarnya saya malu pa, tapi demi anak, kami buang rasa malu itu. Saya kembali meminta bantuan kepada PDIP. Kang Yudha pun mengirimkan nomor Kader PDIP di Karangpawitan bernama Diana. Bu Diana inilah yang membayar tunggakan BPJS. Alhamdulillah anak saya bisa menjalani operasi setelah Ibu Diana membayar tunggakan BPJS,” terangnya.

Trusted source for uncovering corruption scandal and local political drama in Indonesia, with a keen eye on Garut’s governance issues