Putri menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini.
“Di sinilah pemerintah harus hadir. Perlu ada kolaborasi antara petani, pemerintah dan perguruan tinggi. Mungkin bisa jadi kompos atau apa kita tidak tahu, yang jelas seluruh komponennya harus bisa termanfaatkan dan bernilai ekonomis bagi masyarakat,” ungkap Putri menambahkan.
Yudha Puja Turnawan dari PDI Perjuangan yang mendampingi Putri ke lokasi mengatakan bahwa para petani akar wangi di kawasan Cilawu, Garut, saat ini terkendala lahan karena menggunakan lahan yang dulunya digarap PTPN VIII Dayeuhmanggung.
“Tentu harapannya, memang ketika kelak terpilih, Pak Syakur dan Teh Putri ini bisa menyegerakan redistribusi lahan di sini. Tentunya untuk kepentingan masyarakat, agar khususnya para petani ini bisa lebih produktif menggarap akar wangi,” kata Yudha.
Yudha menambahkan bahwa di Kabupaten Garut sendiri ada 1,3 juta bidang tanah dan baru 34 persen yang tersertifikasi. Sisanya, sekitar 66 persen lahan di Garut belum bersertifikat.
“Intinya harapannya agar petani bisa lebih sejahtera, ini harus ada kejelasan. Semoga kalau Teh Putri terpilih, bisa berkoordinasi juga dengan pemerintah pusat, untuk segera redistribusi lahannya,” pungkas Yudha.
Haji Ended, salah satu petani yang menggeluti akar wangi, mengatakan bahwa dalam sehari dia dan para petani di sana bisa menghasilkan 30 kilogram minyak, dari bahan baku sebanyak 6 ton akar wangi.
“Sekarang harga jualnya sedang menengah lah. Di angka Rp 2 juta per kilogram. Kalau tingginya bisa sampai Rp 5 juta per kilogram,” ungkap Ended.
