LOCUSONLINE, GARUT – Ketegangan kawasan Timur Tengah kian membara setelah Iran meluncurkan serangan balasan besar-besaran terhadap Israel dengan menargetkan Kirya, pusat komando militer paling vital di jantung Tel Aviv, pada Sabtu (15/6/2025). Langkah ini menyusul serangan udara Israel yang menghancurkan beberapa fasilitas militer dan nuklir Iran, menewaskan puluhan orang, termasuk pejabat tinggi militer Teheran. Minggu 15 Juni 2025
Kompleks Kirya—dikenal sebagai “Pentagon-nya Israel”—menjadi sasaran rudal dan drone Iran dalam Operasi Janji Sejati III, aksi balasan atas serangan mendadak Israel pada Jumat (13/6), yang menewaskan Komandan Garda Revolusi Iran Hossein Salami dan Kepala Staf Militer Mohammad Baqeri. Sebanyak 78 orang tewas dan lebih dari 320 lainnya terluka dalam serangan tersebut.
Simbol Kekuasaan Militer yang Digoyang
Kirya bukan sekadar instalasi militer. Kompleks ini menjadi jantung kendali Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Kementerian Pertahanan, dan pusat komando intelijen strategis. Serangan Iran yang menargetkan Menara Marganit—pusat komunikasi vital di Kirya—mengirimkan pesan tajam: Israel tak kebal serangan.
Meskipun sistem pertahanan Iron Dome dan Arrow berhasil mencegat sebagian besar rudal, setidaknya sembilan lokasi di wilayah metropolitan Tel Aviv terkena dampak, termasuk kawasan sipil yang mengalami kerusakan. Lima warga sipil dilaporkan terluka akibat pecahan proyektil.
Serangan Strategis, Bukan Sekadar Balas Dendam
Menurut analis militer, keputusan Iran menyerang Kirya bersifat strategis dan simbolis. Teheran ingin menunjukkan bahwa mereka mampu menembus jantung pertahanan Israel dan merusak ilusi dominasi militer yang selama ini dijaga ketat oleh Tel Aviv.
