Sebagai Ketua Harian Partai Gerindra, Dasco berharap supervisi ini akan menjadi “rem tangan” terhadap potensi kisruh publik. Apalagi, belakangan wacana sejarah versi baru menimbulkan gejolak: mulai dari siapa yang pertama kali mencetuskan kemerdekaan, hingga siapa yang lebih dulu selfie di depan Istana Merdeka.
“Kontroversi tidak boleh dibiarkan liar. Maka tim ini akan memantau secara serius agar masa lalu tidak dipelintir jadi alat masa kini,” ujar Dasco, seakan menyadari bahwa sejarah adalah cerita paling sensitif setelah ramalan cuaca dan polling elektabilitas.
Kini, sejarah sedang menanti versi revisi—dengan DPR sebagai editor bayangan, siap mencoret, menambahkan, atau menyisipkan narasi-narasi baru agar yang tercatat bukan hanya fakta, tapi juga sesuai dengan “aroma politik kekinian”.
Karena di Indonesia, sejarah bukan sekadar apa yang terjadi, tapi siapa yang menulisnya… dan siapa yang mengawasinya. (Bhegin)
