Dalam narasi kebijakan ini, rakyat memang disuruh sekolah. Tapi rakyat juga harus tahu bahwa ketika satu ruang kelas dijejali 50 anak, dan satu guru mengajar tanpa sempat menghafal nama muridnya, yang tersisa hanyalah seremoni pendidikan — bukan transformasi.
Kelas penuh, tapi perut guru swasta kosong. Pendidikan gratis, tapi hanya untuk yang kuat bersaing. Jika ini yang disebut darurat, maka mungkin yang paling butuh pertolongan bukan anak-anak, tapi sistem pendidikannya. (Bhegin)
