Sementara itu, Bupati Garut Abdusy Syakur Amin, berdiri di tengah-tengah dua arus besar — janji pusat dan ancaman provinsi — dengan wajah diplomatis. Ia menyampaikan bahwa 56 dari 87 hektare danau telah terselimuti gulma air, dan menyatakan siap ‘bekerja sama’ dengan BBWS untuk mengatasi masalah yang ia sendiri akui sangat serius.
“Kita jangan sampai kalah cepat dari pertumbuhan eceng gondok,” ujar Bupati. Sebuah pengakuan jujur bahwa selama ini pemerintah memang lebih lambat dari gulma.
Catatan Kritis:
Kunjungan pejabat tinggi dan parade rencana besar bukan hal baru bagi rakyat Garut. Situ Bagendit sudah terlalu sering jadi lokasi syuting janji yang gagal tayang. Eceng gondok bisa dicabut, tapi bagaimana dengan akar masalah: tata kelola yang lamban, birokrasi yang malas, dan ego sektoral yang terus tumbuh lebih cepat dari gulma itu sendiri?
Karena jika semuanya hanya berhenti di seremoni dan pernyataan pers, maka empat bulan ke depan bukan waktunya panen hasil, melainkan panen alasan baru. (Suradi/Bhegin)
