Baca Juga : Hajat Elite Ala Dedi Mulyadi, Nyawa Rakyat Jadi Tumbal: Makan Gratis Berujung Tragis di Pendopo Garut
Kapolda menyatakan pihaknya akan segera memanggil sejumlah pihak yang terlibat. Namun tak satu pun nama dari lingkaran tuan rumah pesta disebut. Sementara itu, penghargaan kenaikan pangkat dirancang untuk Bripka Cecep—sebuah penghormatan yang tidak bisa membangkitkan nyawanya, namun mungkin bisa menenangkan nurani institusi.
Dalam negara demokrasi, pesta kekuasaan seharusnya bukan panggung maut. Tapi di Garut, panggung hiburan justru berubah menjadi arena tumbal rakyat.
Hingga kini, belum ada satu pun pejabat pelaksana pesta dimintai pertanggungjawaban secara hukum. Namun kita sudah mendengar kalimat-kalimat penghibur seperti “sudah sesuai prosedur”, “akan diselidiki”, dan “akan dievaluasi”.
Pertanyaannya: adakah nyawa rakyat yang cukup berharga untuk mencegah hajatan-hajatan megah penuh ego dan minus empati di masa depan? Atau tragedi ini akan berakhir sebagai berita hangat yang akan dilupakan begitu spanduk pesta diturunkan? (Bhegin)
