Meski jumlah penindakan menurun dibanding tahun sebelumnya, Bea Cukai bangga karena jumlah rokok yang berhasil diamankan justru meningkat. Ironi yang elegan: semakin banyak yang bocor, semakin banyak pula yang bisa dipamerkan saat dimusnahkan.
Baca Juga : Gubernur Dedi Sekolah tak Lagi Sekadar Tempat Belajar, Ia Kini Berubah Jadi Miniatur Barak Militer
Dengan prinsip “ultimum remedium” denda dulu, pidana kalau terpaksa—penyelesaian pelanggaran pun terdengar sangat fleksibel. Dalam praktiknya, sistem ini seperti pintu putar yang ramah pelaku, namun tetap tegas dalam narasi pers rilis.
“Kami musnahkan barang bukti ini untuk menegaskan bahwa negara hadir,” ujar Finari. Meski sayangnya, negara seringkali hadir hanya setelah gudang penuh.
Yang juga hadir dalam seremoni adalah Wakil Gubernur Jabar, para pimpinan daerah, dan undangan dari pelbagai instansi. Mereka berdiri gagah di tengah asap dan arak-arakan formalitas, menyaksikan milyaran rupiah mengepul ke udara demi satu pesan moral: ilegal itu salah, asal belum terlalu besar dan belum terlalu kuat.
Barang-barang yang tak sempat dibakar langsung di tempat, dibawa ke pabrik penghancur resmi di Ciwangi, Bungursari karena rupanya, bahkan kehancuran pun punya birokrasi.
Acara berakhir dengan tepuk tangan dan kamera yang merekam detik-detik kehancuran batang-batang rokok yang bisa jadi… masih akan diproduksi lagi di sudut gelap lain Jawa Barat. (Laela)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”