“Jika hidup terasa berat, coba renungkan: mungkinkah Anda sebenarnya sudah kaya, hanya saja lupa belanja lebih dari Rp 20 ribu sehari? Terima kasih kepada BPS yang telah menghadirkan standar kebahagiaan baru. Di negeri ini, kemiskinan bukan lagi soal perut kosong atau harapan hancur — cukup soal pengeluaran kurang kreatif”
LOCUSONLINE, JAKARTA — Kabar bahagia bagi seluruh rakyat Indonesia! Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Anda tidak miskin kalau sanggup mengeluarkan uang sebesar Rp 20.305 per hari. Ya, hanya dengan nominal yang setara satu mangkok bakso tanpa minum, Anda telah berhasil menyeberangi jurang kemiskinan versi resmi negara. Jumat, 25 Juli 2025
Sementara rakyat sibuk bertanya-tanya apakah ini lelucon makroekonomi, Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, tampil meyakinkan dalam konferensi pers:
“Kemiskinan itu silakan lihat dari karakteristiknya, pendidikannya, kemudian mata pencahariannya antara kota dan desanya, kita kan dalam rangka bagaimana masyarakat miskin bisa diprioritaskan oleh teman-teman yang punya programnya di K/L,” katanya.
Jadi, bukan urusan negara bila penghasilan tak cukup buat sewa kontrakan, bayar sekolah, atau beli popok. Selama Anda tidak menghabiskan uang kurang dari Rp 20.305 sehari, maka Anda bukan miskin. Itu sudah by data, bukan by drama.
Ingat, BPS tidak menghitung penghasilan, hanya pengeluaran. Jadi, jika seorang pengemis rajin jajan gorengan dan sesekali beli rokok, lalu pengeluarannya mencapai Rp 30.000, maka ia secara statistik telah berhasil “naik kelas.” Selamat, Anda bukan warga miskin hanya warga yang tidak bijak finansial.
Baca Juga : Hari Anak Nasional: Parade Seremoni di Atas Luka Seribu Bocah
Hari Anak Nasional: Panggung Retorika di Atas Tubuh Ringkih Generasi Emas
Bahkan dalam semangat gotong royong, data kemiskinan ini juga disumbang oleh Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), yang dengan penuh ketelitian mengukur kesejahteraan rakyat dari nasi bungkus dan ongkos angkot. Tidak ada yang luput, termasuk apakah Anda sanggup membeli sabun mandi dan sandal jepit.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”