“Kalau nanti hasil lab menunjukkan ambang batas dilanggar, ya tentu kami proses hukum,” kata polisi. Kalimat yang terdengar menenangkan, namun juga sudah terlalu sering menjadi ritual tahunan yang berakhir di angin lalu.
Sementara itu, sungai tetap mengalirkan racun dengan setia. Tanpa demo besar. Tanpa headline nasional. Tanpa kebijakan darurat.
Yang penting, jaket kulit tetap mengkilap di etalase.
Dan sungai? Tetap jadi korban fashion yang tak pernah dilibatkan dalam musyawarah pembangunan berkelanjutan.
Ketika pabrik lebih taat pada profit dibanding pada IPAL, dan negara lebih sibuk mendatangkan lab dari luar daripada membenahi dari dalam, maka satu-satunya yang setia menerima semua konsekuensi adalah: sungai. Dan sayangnya, sungai tidak punya hak jawab. (Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”