“Rakyat Garut masih berharap tembakau bisa lebih dari sekadar bahan baku tetapi benar-benar menjadi jalan keluar dari kemiskinan yang sudah lama menggantung seperti abu di ujung lintingan”
LOCUSONLINE, GARUT — Pemerintah Kabupaten Garut tampaknya mulai mencari resep mujarab dari Kudus, bukan untuk mengatasi kemiskinan atau memperbaiki kualitas pendidikan, tapi demi menggeliatkan industri tembakau. Ya, sektor yang selama ini lebih banyak mengisap napas rakyat ketimbang menghembuskan kesejahteraan. Senin, 28 Juli 2025
Dengan semangat studi tiru, rombongan pejabat dari Garut bertolak ke Kudus, Jawa Tengah kabupaten yang sukses membungkus tembakau jadi uang demi mencontek cara meramu kawasan industri hasil tembakau (KIHT). Kepala Disperindag ESDM Garut, Ridwan Efendy, menuturkan bahwa Kudus sudah piawai mengelola tembakau secara “terstruktur”, sesuatu yang konon belum bisa dicapai Garut meski sudah lama menanam tapi belum kunjung panen sejahtera.
“Model Kudus ini sangat relevan untuk Garut,” ujarnya, seolah-olah tembakau adalah penyelamat ekonomi lokal. Padahal, petani tembakau di Garut sudah bertahun-tahun diputar dalam lingkaran setan: harga yang tak menentu, cuaca tak bersahabat, dan tengkulak yang selalu siap menyedot keuntungan.
Kunjungan ini rencananya akan ditindaklanjuti dengan evaluasi pemetaan KIHT dan SIHT, dua akronim yang terdengar rumit tapi intinya: bagaimana caranya membuat industri tembakau lebih legal dan menguntungkan terutama untuk industri, bukan niscaya petaninya.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”