“Kita tidak bisa terus memoles data demi pencitraan. Miskin itu bukan sekadar soal angka, tapi tentang apakah orang punya cukup untuk hidup layak,” tegas Media.
Sementara itu, pejabat pemerintah belum merespons kritik ini secara langsung. Mungkin sedang sibuk menghitung ulang data dengan kalkulator nostalgia atau sibuk membuat infografik berwarna cerah untuk tayangan media sosial.
Yang jelas, dengan standar Rp20 ribu per hari, tak heran jika pemerintah selalu berhasil “menurunkan” angka kemiskinan. Karena ketika standar dibuat rendah, semua bisa terlihat tinggi termasuk ilusi kesejahteraan.(Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”