GarutNews

Ketika Pabrik Terus Berkembang, Tapi Warganya Tetap Menganggur

rakyatdemokrasi
×

Ketika Pabrik Terus Berkembang, Tapi Warganya Tetap Menganggur

Sebarkan artikel ini
PT. Hoga Reksa Garment, Ketika Pabrik Terus Berkembang, Tapi Warganya Tetap Menganggur locusonline featured image

PT Hoga Reksa Garment: Siapa & Di Mana

PT Hoga Reksa Garment adalah perusahaan manufaktur pakaian jadi yang terdaftar secara resmi — dengan nomor badan hukum 977150 — berkedudukan di Jalan Raya Leles KM-13, Desa Haruman, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Perusahaan ini dirintis sejak sekitar tahun 2018. Bisnis utamanya adalah industri garment — konveksi dan produksi pakaian jadi, yang umumnya berorientasi ekspor, serta pemasaran ke dalam maupun luar negeri.

PT Hoga Reksa Garment
PT Hoga Reksa Garment

Perkembangan & Rencana Ekspansi Terbaru

Pembaruan paling signifikan datang pada Juni 2025. Dalam pertemuan antara manajemen Hoga dan pejabat daerah — termasuk Abdusy Syakur Amin selaku Bupati Garut — perusahaan mengajukan rencana perluasan investasi.

tempat.co

Manajemen — melalui Manager Umum Andri Kustendi — menyatakan bahwa mereka menargetkan penyerapan tenaga kerja lokal lebih dari 20.000 orang bila ekspansi dilakukan sesuai rencana.
Alasan utama: perusahaan menilai bahwa kualitas dan ketersediaan tenaga kerja di Garut kompetitif dan sesuai kebutuhan industri padat karya seperti garment.

Bagi pemerintah daerah, rencana ini mendapat respon positif karena dianggap bisa membantu mengurangi angka pengangguran dan memberi peluang bagi warga lokal.

Peluang bagi Masyarakat & Dampak Ekonomi Lokal

Jika realisasi mencapai target, dampak bagi masyarakat Garut bisa besar:

  • Penyerapan tenaga kerja massal: 20.000 lapangan kerja — artinya banyak warga lokal bisa mendapat pekerjaan tetap, terutama di sektor produksi.
  • Stimulus ekonomi lokal: adanya pekerja baru bisa memperkuat permintaan lokal — dari jasa, transportasi, konsumsi, hingga layanan rumah tangga.
  • Daya tarik investasi: perusahaan yang menempatkan kantor pusat di Garut (bukan di Jakarta) bisa memberikan reputasi baik, dan mendorong perusahaan lain untuk berinvestasi di daerah.

Bagi pemda, hal ini sejalan dengan upaya membuka lapangan kerja dan mengurangi pengangguran — terutama di kawasan pedesaan/semi-perdesaan seperti Leles.

Tantangan, Kritik & Isu Lokal

Meski demikian, tidak semua berjalan mulus. Belakangan muncul kritik dan kekecewaan dari warga setempat — terutama di desa di sekitar pabrik — terkait klaim rekrutmen massal.

Menurut laporan media lokal dan pemerintah desa, banyak pelamar dari warga lokal telah mengirimkan lamaran selama 2023–2025, tetapi hingga sekarang tidak ada panggilan atau kabar lanjutan: lamaran “menumpuk di laci.” Keluhan ini sudah sampai ke instansi ketenagakerjaan pusat, dengan tudingan bahwa janji penyerapan tenaga kerja lokal cuma “slogan,” bukan realitas.

Selain itu, ada laporan dari organisasi masyarakat setempat bahwa komunikasi dengan perusahaan terkadang kurang baik — misalnya lembaga pemuda lokal menyampaikan kekecewaan karena perusahaan dianggap kurang responsif terhadap surat/respon resmi.

Situasi seperti ini menunjukkan bahwa meskipun ada rencana besar, implementasinya membutuhkan perhatian serius agar tidak menimbulkan kekecewaan, konflik sosial, atau ketidakpercayaan dari masyarakat sekitar.

Faktor Legal & Administratif

Sebagai perusahaan formal, Hoga terdaftar resmi — berarti secara hukum memiliki legitimasi untuk beroperasi.
Lokasi pabrik dan kantor perusahaan telah tercatat dengan jelas, sehingga mempermudah pemantauan reguler, pelaporan pajak, dan pengawasan ketenagakerjaan.

Keberadaan pabrik di wilayah semi-rural seperti Leles, serta komitmen “kantor pusat di Garut” — bukan di pusat kota besar — memberi keuntungan bagi pemerataan ekonomi di luar kota besar.

Namun langkah ekspansi besar seperti menyerap puluhan ribu pekerja menuntut perusahaan dan pemda untuk memastikan aspek kesejahteraan, infrastruktur, regulasi ketenagakerjaan, dan transparansi proses rekrutmen.

::

PT Hoga Reksa Garment saat ini berada di titik potensi besar — dengan rencana ekspansi 2025 yang bisa membawa dampak signifikan bagi masyarakat dan ekonomi Garut.

  • Bila terealisasi, penyerapan 20.000 pekerja bisa jadi angin segar bagi banyak warga — terutama di bidang kerja padat karya.
  • Namun, ada kekhawatiran nyata soal realitas rekrutmen: hingga pertengahan 2025, banyak warga lokal melaporkan lamaran yang “ngendon” tanpa kejelasan.
  • Agar hasilnya optimal — dan kepercayaan masyarakat tidak terkikis — dibutuhkan upaya serius dari perusahaan dan pemerintah: transparansi rekrutmen, komunikasi baik dengan masyarakat setempat, serta pengawasan reguler terhadap komitmen sosial.

Dengan demikian, Hoga bisa menjadi contoh positif bagi pengembangan industri di daerah — asal komitmen kapital investasi dibarengi dengan komitmen etis terhadap pekerja dan masyarakat sekitar.

Tinggalkan Balasan

banner-amdk-tirta-intan_3_1
previous arrow
next arrow