LOCUSONLINE, PURWAKARTA – Di tengah deru zaman yang kian digital, Purwakarta memilih cara yang lebih sunyi tapi bermakna: membaca. Selama lima hari, dari Rabu (29/10) hingga Minggu (2/11/2025), Bale Panyawangan Diorama Nusantara berubah menjadi ruang riuh penuh kata dan makna. Di sanalah Festival Literasi Purwakarta 2025 digelar, membawa semangat bertema “Maca Kata Jeung Makna Sangkan Hirup Waluya” membaca kata dan maknanya agar hidup sejahtera.
Dari lorong-lorong pameran hingga panggung utama, ribuan pengunjung datang, menyimak, membaca, dan berdialog. Ada lomba resensi buku, lomba mewarnai, lokakarya, dongeng, seminar, bedah buku sejarah, pameran, hingga bazar buku yang tak henti dipadati. Festival ini seperti menegaskan: di Purwakarta, membaca bukan sekadar kebiasaan intelektual, tapi bagian dari kebudayaan.
Baca Juga : Bupati Purwakarta Sampaikan RAPBD 2026: Duka Masih Membayang, Angka Tetap Harus Dibacakan
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Purwakarta, AAN, S.Pd.I., Kp., M.Si., menyebut kegiatan ini sebagai ikhtiar kultural.
“Festival literasi ini kami gagas untuk menumbuhkan minat baca dan budaya membaca di masyarakat. Membaca bukan hanya kegiatan intelektual, tetapi jalan untuk memahami kehidupan dan menjemput kesejahteraan,” ujarnya dalam penutupan acara, Minggu sore.
Tagline “Maca Kata Jeung Makna” ia kaitkan dengan filosofi Panca Waluya gagasan khas Purwakarta tentang keseimbangan hidup.
“Membaca bukan hanya melihat huruf, tapi memahami maknanya. Di situlah letak kesejahteraan sejati,” tutur Aan.
Festival yang kini menjadi agenda tahunan itu menghadirkan kolaborasi lintas komunitas: dari pengelola perpustakaan desa, taman baca masyarakat, hingga pelajar dan pendidik. Pengunjung juga disuguhi pameran benda bersejarah Purwakarta dan produk inovasi dari program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) bukti bahwa literasi tak hanya berhenti di buku, tetapi menjelma menjadi gerakan sosial.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














