LOCUSONLINE, GARUT – Tanah kelahiran FSPMI kembali mendidih. Setelah lama tenang seperti mie instan tanpa bumbu, kini Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia kembali turun gelanggang. Penyebabnya dugaan union busting yang disebut-sebut dilakukan PT Pratama Abadi Industri (JX2). DPW FSPMI Jawa Barat langsung mengibarkan “bendera perlawanan” dan memanggil massa untuk aksi akbar pada 3 Desember 2025. Target awal 500 orang. Target selanjutnya? Lebih besar, lebih bising, dan lebih panas.
Bagi FSPMI, Garut bukan hanya lokasi di Google Maps, tapi bagian dari DNA. Di sinilah organisasi tersebut lahir pada 6 Februari 1999 dan mulai membentuk reputasi sebagai barisan buruh paling cerewet sekaligus paling konsisten.
Melansir berita www.koranperdjoeangan.com, Wahyu Hidayat, Ketua PC SPAMK FSPMI Purwakarta, mengingatkan kembali sejarah itu.
“Garut ini kandang kita. Dari sini semua dimulai. Kita ini pionir, penyeimbang. Urusan BPJS juga kita yang ngegas dari awal. Meski belum sempurna, minimal orang miskin nggak perlu ngumpet kalau sakit,” tegasnya.
Kini semangat itu diuji lewat dugaan pelanggaran berat terhadap UU 21/2000 tentang Kebebasan Berserikat. Tuduhannya tidak main-main:
- PHK sepihak terhadap Ketua PUK dan pengurus.
- Kriminalisasi terhadap pimpinan serikat.
- Sanksi beruntun dan diduga sistematis untuk melemahkan struktur organisasi.
Totalitas makin terlihat ketika FSPMI menyiapkan serangkaian aksi yang nadanya jauh dari basa-basi. Aksi pertama pada 3 Desember 2025 akan menuntut perusahaan mempekerjakan kembali seluruh pengurus yang di-PHK. Aksi selanjutnya? Tema tetap sama, namun dengan massa lebih banyak dan pesan lebih keras: hentikan kriminalisasi serikat, dan pemerintah diminta turun tangan, bukan sekadar menonton dari teras kantor.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”









