LOCUSONLINE, GARUT — Sebuah pesta rakyat bertabur pejabat berujung duka mendalam. Tiga nyawa melayang dan puluhan luka-luka dalam hajatan mewah pernikahan anak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Wakil Bupati Garut, Luthfianisa Putri Karlina. Di balik gegap gempita gelaran penuh simbol kuasa itu, rakyat kecil justru kehilangan napas—secara harfiah dan simbolik. Minggu, 19 Juli 2025
Tragedi ini terjadi pada Jumat, 18 Juli 2025, di Pendopo Garut, tempat pesta digelar meriah, lengkap dengan makan gratis yang rupanya tak gratis dari risiko. Data Dinas Kesehatan Garut mencatat, selain tiga korban tewas—termasuk seorang bocah delapan tahun dan seorang anggota polisi—sebanyak 23 warga lainnya dilarikan ke rumah sakit. Delapan di antaranya masih dirawat intensif di RSUD dr Slamet Garut.
Ketua DPRD Garut, Aris Munandar, menyebut insiden ini sebagai “kejadian luar biasa dan di luar dugaan”. Pernyataan yang justru memperkuat kesan bahwa pesta rakyat ini lebih pantas disebut sebagai pesta kelalaian. “Saya syok mendengar kejadian ini,” ujarnya saat menjenguk korban.
Desakan pun muncul dari DPRD agar aparat penegak hukum tidak membiarkan tragedi ini menguap begitu saja. Ketua DPRD menuntut penyelidikan transparan atas insiden yang terjadi di tengah pesta yang dihadiri lebih dari 5.000 orang tersebut. Sayangnya, hingga kini, belum ada kepastian apakah panitia acara—yang tentu bukan rakyat jelata—akan dimintai pertanggungjawaban.
Kapolres Garut AKBP Yugi Bayu Hendarto menyatakan pihaknya masih “mengevaluasi dan mendalami”. Pernyataan normatif yang tampak tak sebanding dengan jumlah aparat yang dikerahkan—400 personel gabungan—namun gagal mencegah insiden mematikan akibat kerumunan tak terkendali.
