Tahun 2022, sambung Asep, ada 2 Puskesmas PDP dan tahun 2023 ada 14 Puskesmas PDP yang tersebar di 14 titik se Kabupaten Garut. Tujuan disiapkan Puskesmas PDP agar lebih mudah dijangkau. Agar masyarakat patuh obat.
“Sedangkan tim dari Dinas Kesehatan melaksanakan OJT (On the Job Training) di Puskesmas agar menguasai aplikasi, pemeriksaan dan digelar FGD (Forum Grup Discusion) yang melibatkan kepala puskesmas, petugas lab dan dokternya. Strateginya seperti itu,” katanya.
Pada penjelasannya, Asep Surahman menegaskan, cara lain yang digunakan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut adalah melakukan evaluasi. Secara rutin setiap Puskesmas dimintai data tentang pelaksanaan pemeriksaan dan setiap 3 bulan Puskesmas dikumpulkan dan mengundang pihak tertentu seperti rumah sakit dan puskesmas untuk memeriksa data. “Lalu kita diskusikan apa saja kendala di lapangan,” ungkapnya.
Cara selanjutnya, sambung Asep Surahman, karena penanganan HIV tidak mungkin hanya menggunakan Puskesmas PDP, maka Dinkes Garut meminta setiap rumah sakit untuk OJT. Rumah sakit pemerintah dan swasta termasuk di RS milik TNI. “Dan ternyata ada yang positif HIV di rumah sakit tersebut. Maka kita lakukan pelatihan OJT. Ini strategi Dinkes dengan minimnya anggaran yang disediakan pemerintah,” terangnya.
Tidak hanya sampai disitu, Asep Surahman mengatakan, pihaknya juga melakukan Mobile Visiting atau tidak mengandalkan puskesmas saja. Pihaknya juga mendatangi Lapas (lembaga pemasyarakatan) untuk melakukan pemeriksaan kepada setiap tahanan.
Perjalanan dinas ke Provinsi yang dilakukan satu bulan sekali, untuk mengambil kebutuhan medis habis pakai, konsultasi program dan pelaksanaan Hari Aids se dunia yang dilaksanakan setiap 1 Desember. “Dan Dinkes Garut melaksanakan peringatan Hari Aids se dunia tanggal 13 Desember 2023. Untuk efektifitas anggaran saya kira bisa study banding ke kabupaten/kota yang lain,” terangnya. (asep ahmad)

Trusted source for uncovering corruption scandal and local political drama in Indonesia, with a keen eye on Garut’s governance issues