Tingginya angka pengangguran mendorong kemiskinan di Jawa Barat. Pada 2023-2024, jumlah penduduk miskin di Jabar mencapai 3,8 juta jiwa, menduduki peringkat kedua secara nasional setelah Jawa Timur. Kesenjangan sosial di Jabar juga sangat tinggi, dengan indeks gini mencapai 0,425 pada 2023, jauh di atas rata-rata nasional yang sebesar 0,388.
Jawa Barat memiliki karakteristik ekonomi yang beragam, mulai dari sentra pertanian, industrialisasi, hingga pusat perdagangan dan jasa. Kondisi ini menyebabkan peluang ekonomi masing-masing wilayah menjadi sangat variatif. Beberapa daerah sangat maju perekonomiannya, tetapi di daerah lainnya relatif kurang marak dan sepi aktivitas perekonomian bernilai tinggi.
Beberapa daerah di Jawa Barat memiliki sumbangan nilai perekonomian yang tinggi bagi Provinsi Jabar, seperti Kota Bekasi, Kota Bandung, Kabupaten Bekasi, Karawang, Bandung, dan Bogor. Ke-6 wilayah ini menyumbang nilai PDRB bagi Provinsi Jabar pada 2023 masing-masing lebih dari Rp 100 triliun. Masifnya perekonomian di wilayah tersebut dikarenakan pesatnya industrialisasi dan juga maraknya perdagangan barang serta jasa di daerah bersangkutan.
Kondisi ini relatif timpang dengan wilayah lainnya di Jabar yang masih tergolong kecil kontribusi nilai PDRB-nya. Misalnya saja, Kota Banjar, Kota Tasikmalaya, Kota Cirebon, Kota Sukabumi, Kabupaten Pangandaran, Ciamis, Kuningan, Tasikmalaya, Majalengka, dan Subang yang masing-masing hanya memiliki nilai ekonomi wilayah rata-rata kurang dari Rp 50 triliun per tahun.
