Ironisnya, pada tahun 2025 ini, insentif yang baru cair hanyalah Rp200.000 menjelang Idulfitri. Itu pun harus melalui proses yang rumit dan panjang.
“Jangan lupakan bahwa Kota Tasikmalaya dijuluki sebagai Kota Santri. Maka sudah selayaknya para guru ngaji mendapat perhatian khusus,” katanya.
Ustad Heryanto menekankan bahwa guru ngaji menjadi garda terdepan dalam membentengi generasi dari krisis moral dan spiritual di tengah derasnya arus globalisasi.
“Kini saatnya pemimpin Kota Tasikmalaya menunjukkan keberpihakan. Bukan sekadar slogan religius, tapi keberpihakan nyata,” tegasnya.
Ustad Heryanto menyarankan beberapa solusi untuk meningkatkan kesejahteraan guru ngaji, di antaranya dengan membuat kebijakan daerah yang melindungi dan menguatkan peran guru ngaji, serta mengalokasikan dana yang lebih layak untuk mereka.
“Bila jalan dibangun dengan anggaran miliaran rupiah saja bisa, mengapa tidak bisa dialokasikan dana lebih layak untuk para penjaga moral anak-anak kita?,” kata Ustad Heryanto bertanya-tanya.
Ustad Heryanto berharap agar Wali Kota dan Ketua DPRD bersama 45 anggota DPRD Kota Tasikmalaya menunjukkan komitmen nyata dalam meningkatkan kesejahteraan guru ngaji.
“Jangan sampai sejarah mencatat bahwa ketika kekuasaan eksekutif dan legislatif ada dalam satu barisan, tidak ada satu pun terobosan berarti yang berpihak pada guru ngaji,” pungkasnya.
Editor: Bhegin

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”