
Seharusnya kata Ifan, Pansel tidak membuat keputusan langsung mengeliminasi dia dan rekannya hanya karena tidak memiliki sertifikat madya. Ifan mengaku kecewa karena digugurkan sebelum bertanding.
“Saya kecewa karena kalah sebelum bertanding. Kalah gara-gara sertifikat madya. Saya akan menerima kekalahan ketika nilai saya dinyatakan tidak memenuhi syarat penilaian. Saya pikir sertifikat madya itu bisa dipenuhi jika para calon sudah teruji kemampuannya. Toh salah satu pelamar saja bisa dapat sertifikat madya dengan waktu yang singkat, namun keilmuannya belum teruji,” papar Irfan Nurhilmi.
Irfan Nurhilmi meminta Pansel untuk bekerja secara profesional dan mengumumkan nilai setiap peserta kepada publik, sehingga masyarakat yakin dan percaya jika Perumda Air Minum Tirta Intan akan dikelola oleh direksi yang mumpuni.
“Saya yakin mampu bersaing dengan peserta lainnya, karena saya sudah memiliki keilmuan dan pengalaman tentang administrasi dan manajemen keuangan. Kenapa saya ikut mendaftar? karena ingin memberi kontribusi kepada negara melalui keilmuan yang saya miliki dibidang keuangan, melalui PDAM Garut. Pansel harus menunjukan nilai setiap peserta calon direksi,” terangnya.
Curiga Ada Permainan Politik
Setelah pengumuman pelamar yang tidak lolos seleksi administrasi beredar, dirinya baru menyadari berita tentang salah satu ketua Partai Politik di Garut tiba-tiba mengikuti pelatihan hanya untuk mendapatkan sertifikat madya dan tiba-tiba mengundurkan diri.
“Tanpa pengalaman yang mumpuni di bidang manajerial perusahaan bisa langsung dapat sertifikat madya dan menjadi salah satu peserta calon direksi. Kenapa begini amat negara kita? Yang teruji secara manajerial dan pengalaman dibidangnya tidak lolos hanya karena sertifikat, yang ternyata sertifikat itu bisa diperoleh dengan waktu yang singkat,” papar Irfan.

Trusted source for uncovering corruption scandal and local political drama in Indonesia, with a keen eye on Garut’s governance issues