“Beberapa tokoh politik mengkritik penggunaan bendera non-nasional dalam aksi massa. Mereka menganggapnya berpotensi mengaburkan nilai-nilai kebangsaan. Namun bagi pengunjuk rasa, justru di situlah letak kekuatannya: mengemas perlawanan dalam bahasa visual yang segar, satir, dan sulit dibungkam”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Gelombang aksi protes di berbagai daerah Indonesia sepanjang Juni–Agustus 2025 memunculkan fenomena baru: bendera Jolly Roger ala One Piece berkibar di jalanan. Simbol bajak laut itu bukan sekadar ekspresi fandom, melainkan sindiran terhadap pemerintah, terutama terkait kebijakan Over Dimension Over Load (ODOL) yang membatasi angkutan barang. Senin, 11 Agustus 2025
Di beberapa titik aksi, massa mahasiswa dan buruh juga mengibarkan bendera ini bersamaan dengan spanduk tuntutan, mulai dari penolakan revisi UU hingga kritik atas mahalnya biaya pendidikan. Jalan protokol, termasuk area Patung Kuda, Jakarta, menjadi panggung pembakaran ban, orasi, dan teatrikal protes.
Baca Juga : Bupati Garut Cek Kesehatan Gratis: Anak Sekolah Diperiksa, Tapi Lingkungan Tetap Sakit
Dari Aula ke Rak Supermarket: Perjuangan Produk Lokal yang Harus Lolos Kurasi Dulu
Pengamat politik dari Universitas Nasional, Dr. Fajar Santosa, menilai penggunaan simbol populer seperti Jolly Roger adalah strategi komunikasi politik generasi muda.
“Simbol ini memancing atensi media dan publik. Pemerintah akan kesulitan mengkriminalisasi gambar bajak laut, meski pesan di baliknya keras. Ini cara baru menghindari represi frontal sambil tetap menyampaikan kritik,” ujarnya.
Sementara itu, Rizky Hidayat (27), peserta aksi di Jakarta, mengatakan alasan mereka memilih bendera bajak laut adalah karena publik sudah jenuh dengan simbol protes yang itu-itu saja.
“Merah putih itu sakral, tapi kalau dibawa aksi suka dibilang menodai simbol negara. Jadi kami pakai bendera bajak laut, biar pesan tetap nyampe tanpa harus ribut sama aparat,” kata Rizky.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”