“Komisi III DPR hari ini menggelar fit and proper test untuk calon Hakim Mahkamah Konstitusi. Jangan bayangkan debat sengit antar kandidat, karena kandidatnya cuma satu: Inosentius Samsul. Seleksi rasa formalitas, hasilnya sudah ketebak sejak sebelum palu diketuk.”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Komisi III DPR kembali unjuk gigi dengan ritual sakral bernama fit and proper test untuk kursi Hakim Mahkamah Konstitusi (MK). Bukan sayembara, bukan pula kompetisi terbuka, sebab “kompetitornya” hanya satu: Inosentius Samsul. Ya, satu-satunya nama yang diajukan DPR untuk menggantikan Arief Hidayat yang pensiun Februari 2026. Sungguh kompetitif.21/8
Inosentius sendiri bukan orang asing di Senayan. Tiga setengah dekade mengabdi, dari Kepala Badan Keahlian hingga Perancang Peraturan Perundang-Undangan Ahli Utama. Bahasa kasarnya: orang dalam. Jadi, “uji kelayakan” ini rasanya lebih mirip acara temu kangen ketimbang forum seleksi.
Drama menarik justru hadir dari petuah anggota Komisi III, Safaruddin. Ia mengingatkan Inosentius agar jangan sampai lupa siapa yang “melahirkan” dirinya ke kursi hakim MK. “Pokoknya jangan lupa, Bapak itu utusan DPR. Jangan malah nanti gigit tangan yang ngasih makan,” kira-kira begitu terjemahan bebas dari pernyataan resmi sang legislator.
Baca Juga : Laporan Naik, Perlindungan Turun: Kekerasan Perempuan Masih Jadi ‘Trending’ Nasional
Pesan moralnya sederhana: independensi hakim MK boleh dijunjung, asal tidak terlalu tinggi. Sebab, menurut politisi PDIP ini, hakim hasil usulan DPR seyogyanya jangan sampai mengkritik produk hukum DPR. Logika yang unik hakim memang tugasnya menguji undang-undang, tapi kalau undang-undangnya buatan DPR, lebih baik pura-pura lulus sensor.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”