Bandung

Posyandu Berevolusi: Dari Timbang Bayi, Air Bersih, hingga Masalah Kost-Kosan di Bandung

rakyatdemokrasi
×

Posyandu Berevolusi: Dari Timbang Bayi, Air Bersih, hingga Masalah Kost-Kosan di Bandung

Sebarkan artikel ini
Posyandu Berevolusi Dari Timbang Bayi, Air Bersih, hingga Masalah Kost Kosan di Bandung locusonline featured image

[Locusonline.co, BANDUNG] — Posyandu di Kota Bandung akan mengalami revolusi besar mulai Januari 2026. Jika selama ini identik dengan timbangan bayi dan layanan kesehatan ibu-anak, ke depan Posyandu akan berubah menjadi Pusat Layanan Masyarakat Terpadu 6 Bidang.

“Posyandu bukan lagi sebatas timbang bayi. Ada perubahan mendasar yang harus disiapkan. Posyandu akan menjadi lembaga layanan masyarakat 6 SPM, dan seluruh kewilayahan harus siap menjalankan transformasi ini mulai Januari 2026,” tegas Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, dalam Rapat Koordinasi Tim Pembina Posyandu Tingkat Kota Bandung, Senin (8/12/2025).

tempat.co

Transformasi ini didasarkan pada perubahan regulasi yang mengintegrasikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) enam bidang ke dalam fungsi Posyandu. Selain Kesehatan, Posyandu kini juga akan menjadi ujung tombak layanan untuk Pendidikan, Pekerjaan Umum (PU), Perumahan Rakyat, Ketertiban dan Ketenteraman Umum (Kamtibmas), dan Pelayanan Sosial.

Mengapa Harus Diubah? Respons Terhadap Masalah Kota yang Spesifik

Wali Kota Farhan tidak sekadar mengumumkan perubahan struktural, tetapi langsung mengaitkannya dengan masalah konkret yang dihadapi warga Bandung, yang memerlukan intervensi terpadu di tingkat komunitas.

Berikut adalah enam fokus layanan baru Posyandu beserta masalah spesifik yang hendak diatasi:

Bidang Layanan (SPM)Fokus Utama di BandungMasalah Spesifik yang Dijelaskan Farhan
1. PendidikanPAUD Berbasis MasyarakatMeningkatnya kerentanan emosi pelajar; membangun fondasi karakter sejak dini.
2. KesehatanKesehatan Dasar UniversalAngka TBC yang tinggi dan kasus stunting yang masih ada. Layanan harus tanpa diskriminasi ekonomi.
3. Pekerjaan UmumAir Minum & Penyehatan Lingkungan (AMPL)Banyak RW yang buang limbah langsung ke sungai; cakupan layanan air PDAM masih rendah.
4. Perumahan RakyatRumah Layak HuniKepadatan hunian tinggi (banyak rumah dihuni >4 orang); minimnya sertifikat kepemilikan menghambat bantuan.
5. Ketertiban UmumJejaring Deteksi DiniWilayah dengan banyak kos-kosan memiliki tingkat kejahatan jalanan lebih tinggi.
6. Pelayanan SosialPerlindungan Kelompok RentanMemperkuat layanan untuk lansia, perempuan, anak, dan penyandang disabilitas; mendorong kepesertaan BPJS.

Transformasi Tiga Lapis dan Tantangan Besar di Depan

Ketua Tim Pembina Posyandu Kota Bandung, Aryatri Benarto Farhan, menjelaskan bahwa transformasi ini mencakup tiga aspek utama:

  1. Transformasi Kelembagaan: Posyandu berubah dari pos kesehatan menjadi Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKK).
  2. Transformasi Pelayanan: Dari satu bidang (kesehatan) menjadi enam bidang SPM.
  3. Transformasi Pembinaan: Peran aktif lurah dan camat dalam pembentukan kepengurusan, penganggaran, dan pelaporan.

Namun, di balik rencana ambisius ini, sejumlah tantangan kritis mengemuka:

  • Beban Kerja Kader: Kader Posyandu yang selama ini relawan, kini harus menangani isu yang jauh lebih kompleks seperti masalah kamtibmas dan administrasi perumahan. Apakah akan ada pelatihan dan insentif yang memadai?
  • Koordinasi Antar OPD: Posyandu harus berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, PU, Perumahan, Satpol PP, dan Dinsos. Mekanisme koordinasi dan alur aduan yang jelas mutlak diperlukan.
  • Anggaran yang Tepat Sasaran: Farhan sendiri mengingatkan agar perencanaan anggaran matang. “Transformasi membutuhkan konsistensi. Kita harus bekerja keras bersama kader Posyandu untuk mewujudkan layanan 6 SPM secara nyata,” ujarnya.

:: Mimpi Besar yang Perlu Diperkuat dengan Detail

Transformasi Posyandu Bandung adalah visi yang progresif dan tepat sasaran, karena langsung menjawab masalah harian warga seperti stunting, air kotor, dan keamanan lingkungan. Keberhasilan program nasional di bidang kesehatan melalui Posyandu menjadi bukti bahwa model komunitas ini efektif.

Namun, untuk bidang-bidang baru yang sarat dengan aspek teknis dan administratif, keberhasilan sangat bergantung pada dukungan anggaran berkelanjutan, pelatihan kader intensif, dan sistem pendataan terdigitalisasi. Jika detail implementasi ini tidak diperkuat, Posyandu berisiko hanya menjadi “tempat pelaporan” tambahan tanpa solusi nyata.

Januari 2026 akan menjadi awal sejarah baru. Posyandu tidak lagi sekadar “pos”, tetapi diharapkan menjadi “otak” dan “jantung” dari penyelesaian masalah warga di tingkat akar rumput. (**)

Tinggalkan Balasan

banner-amdk-tirta-intan_3_1
previous arrow
next arrow