“Mungkin sudah waktunya kita berhenti membangun pendidikan di atas PowerPoint. Karena bila guru saja tak tahan duduk di sistemnya, bagaimana nasib murid di bangku belakang?”
LOCUSONLINE, JAKARTA — Sekolah Rakyat, proyek pendidikan berasrama yang digadang-gadang sebagai jembatan emas bagi anak-anak miskin lintas generasi, rupanya lebih dulu dijadikan jembatan pengunduran diri massal oleh ratusan guru. Belum genap sebulan berjalan, program ini sudah kebobolan 160 tenaga pendidik yang memutuskan hengkang bukan karena gaji, bukan karena murid nakal, melainkan karena lokasi terlalu jauh dari rumah. Senin, 28 Juli 2025
Menteri Sosial Saifullah Yusuf, alias Gus Ipul, seperti biasa tetap optimistis di tengah kebakaran dapur. Dalam pernyataan di Gedung Aneka Bakti, Jakarta Pusat (25/7), ia menjelaskan bahwa para guru itu direkrut lewat sistem resmi dari BKN dan KemenPAN-RB. Namun, hasilnya ibarat sistem canggih dengan peta buta penempatan dilakukan tanpa memperhitungkan satu hal mendasar: manusia punya rumah.
“Ya, mereka mundur karena penempatannya jauh dari domisili,” ujar Gus Ipul, seolah menyampaikan bahwa guru itu sejenis tanaman bonsai yang hanya tumbuh di pekarangan sendiri.
Mekanisme rekrutmen memang nasional. Tapi, sistem tak bisa menyalakan kompor di dapur kontrakan guru yang dipaksa ngajar ratusan kilometer dari rumah. Ternyata, software canggih tak bisa mengolah rasa lelah atau rindu kampung halaman. Mereka direkrut sebagai bagian dari Satgas sayangnya, tanpa satmap (satuan peta).
Baca Juga : Gubernur Dedi Sekolah tak Lagi Sekadar Tempat Belajar, Ia Kini Berubah Jadi Miniatur Barak Militer
Tapi jangan khawatir, kata Gus Ipul, negara tak pernah kehabisan stok. Guru-guru pengganti dari lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) katanya sudah siap. Tinggal di-drag dan di-drop, seolah manusia bisa dikemas ulang seperti aplikasi.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”