[Locusonline.co, BANDUNG] – Di balik hiruk-pikuk perkembangan Kota Bandung, di Kelurahan Mengger, Kecamatan Bandung Kidul, tersimpan sebuah situs yang menjadi akar filosofi sosial terpenting bangsa Indonesia. Makam Ki Marhaen, petani sederhana asal Bandung yang menginspirasi Presiden Soekarno merumuskan konsep “Marhaenisme”, hingga kini tetap hidup sebagai ruang ziarah, edukasi, dan pengingat akan jati diri bangsa.
Pertemuan yang Mengubah Wajah Pergerakan Nasional
Ki Marhaen, yang dihormati masyarakat setempat dengan panggilan akrab Ki Aen, adalah seorang petani penggarap yang ditemui Soekarno pada masa pergerakan nasional. Pertemuan bersejarah yang diyakini terjadi di Sawah Cibintiu (kini Jalan Mohammad Toha) itu bukan sekadar dialog biasa. Dari sosok petani miskin yang memiliki alat produksi sendiri (cangkul, bajak, dan sepetak sawah) namun tetap hidup sengsara, Soekarno menemukan personifikasi dari kaum tertindas di Indonesia. Ki Marhaen bukanlah proletar industri, melainkan “kaum marhaen”—rakyat kecil yang dimiskinkan oleh sistem.
Warisan Keluarga dan Silsilah yang Dijaga
Keberadaan jejak Ki Marhaen saat ini dapat dilacak berkat penjagaan keturunan dan masyarakat setempat. Di lokasi makamnya di Cipagalo, Akil dan Ait, cucu generasi keempat dan kelima Ki Marhaen, dengan penuh kebanggaan menceritakan silsilah keluarga.
“Ki Marhaen punya satu anak, tujuh cucu, dan kini tersisa tiga cucu yang masih hidup,” tutur Akil kepada tim redaksi.
Mereka mengungkapkan rasa syukur bahwa kakek buyutnya masih dikenang. Banyak warga dari berbagai penjuru Nusantara datang berziarah, mendoakan, dan belajar dari nisan sederhana yang menjadi simbol perjuangan.
Narasi Sejarah Lisan dari Tokoh Masyarakat
Kisah tentang Ki Marhaen juga hidup melalui penuturan tokoh masyarakat setempat. Kusnadi, Ketua RW 03 Kelurahan Mengger, mendapatkan cerita ini dari garis keluarganya yang merupakan penduduk asli.
“Mertua saya orang asli sini. Ia mengalami masa hidup saat Ki Marhaen masih ada, meski kala itu masih kecil,” ujar Kusnadi.
Ia juga membagikan fragmen sejarah pascakemerdekaan. Usai Proklamasi, ada upaya pencarian terhadap Ki Marhaen yang mengarah ke sawahnya di Cibintiu. Kenyataan bahwa Ki Marhaen telah wafat akhirnya membawa pencarian itu ke Cipagalo, di mana makam dan keluarganya berada.
Kusnadi menegaskan pentingnya memaknai situs ini dengan benar. “Pesan saya, jangan salah gunakan tempat ini. Jika untuk tujuan sejarah, saya bangga karena di lingkungan Cipagalo ini ada sejarah yang menjadi kebanggaan masyarakat,” pesannya. Baginya, Ki Marhaen adalah simbol abadi perjuangan rakyat kecil dan ketahanan pangan.
Makam Ki Marhaen: Lebih dari Sekadar Nisan
Makam Ki Marhaen telah melampaui fungsi awalnya sebagai tempat peristirahatan terakhir. Situs ini telah bertransformasi menjadi:
- Monumen Hidup Filosofi Bangsa: Sebuah pengingat fisik bahwa ideologi besar Marhaenisme—yang menjadi fondasi perjuangan banyak kelompok—berakar dari realitas konkret kehidupan rakyat kecil Indonesia.
- Ruang Edukasi Non-Formal: Tempat di mana nilai-nilai kerja keras, kejujuran, kemandirian, dan ketahanan diajarkan bukan melalui buku teks, tetapi melalui teladan seorang petani.
- Simbol Ketahanan Pangan: Dalam konteks kekinian, perjuangan Ki Marhaen sebagai petani relevan dengan gerakan penguatan kedaulatan pangan nasional.
Komitmen Pemeliharaan dan Pelestarian
Menyadari nilai sejarah yang tak ternilai, Pemerintah Kota Bandung bersama masyarakat Cipagalo dan Komunitas Historia mencanangkan komitmen bersama untuk menjaga dan merawat situs Makam Ki Marhaen. Upaya ini tidak hanya bersifat fisik dengan pemeliharaan makam, tetapi juga kultural melalui:
- Pendokumentasian sejarah lisan dari keluarga dan tetua kampung.
- Integrasi kisah Ki Marhaen ke dalam materi edukasi wisata sejarah lokal.
- Penyelenggaraan agenda rutin seperti ziarah sejarah dan diskusi publik untuk menjaga relevansi pesannya bagi generasi milenial dan Gen-Z.
Relevansi Marhaenisme Masa Kini
Dalam gegap gempitanya arus modernisasi dan kesenjangan ekonomi yang masih menjadi tantangan, kisah Ki Marhaen dari Cipagalo menyuarakan pesan yang tetap relevan. Situs sederhana di Bandung Selatan ini mengajak kita untuk kembali ke khittah: bahwa kekuatan bangsa yang sesungguhnya terletak pada keberdayaan, kemandirian, dan integritas rakyat kecilnya.
Melestarikan Makam Ki Marhaen berarti menjaga memori kolektif bangsa tentang asal-usul perjuangannya dan terus menyegarkan semangat untuk membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana yang diimpikan oleh Soekarno dan diperjuangkan oleh setiap “Marhaen” di negeri ini.

📍 Lokasi & Akses:
Makam Ki Marhaen terletak di Kompleks Pemakaman Umum Cipagalo, Kelurahan Mengger, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung. Situs ini terbuka untuk umum dan dapat dikunjungi untuk tujuan ziarah, penelitian sejarah, atau edukasi.













