“Di negeri yang katanya “gemah ripah loh jinawi”, bantuan 80 karung beras bisa jadi headline. Ironis, tapi begitulah: nasi masih jadi isu politik, dan rakyat tetap berharap ada lebih banyak “Bayu-Bayu lain” sebelum dapur mereka benar-benar padam.”
LOCUSONLINE, GARUT – Di tengah harga beras yang bikin kantong warga makin kempes, seorang pengacara asal Leles, Dr. Bayu Sukma PN, SH., MH., CLA, memilih jalan berbeda: beli beras murah lewat jalur resmi (alias Bulog via Polsek) lalu bagi-bagi gratis di kampung halamannya, Desa Salamnunggal.
Aksi ini bukan sekadar “CSR pribadi”, melainkan pengingat bahwa di negeri dengan APBN ribuan triliun, ternyata perut rakyat masih harus diselamatkan oleh satu-dua orang yang rela nyisihin gaji advokatnya.
“Alhamdulillah, dari hasil kerja di Jakarta kami sisihkan buat beli 80 karung beras, sekitar 4 kwintal, untuk dibagikan ke warga yang benar-benar butuh,” ujar Bayu di depan rumahnya, Jumat (5/9/2025).
Penerima bantuan bukan orang sembarangan: ada jompo, janda lansia, anak yatim, hingga ojol dan ompang yang tiap hari bertarung dengan bensin mahal. Awalnya hanya 40 karung, tapi karena banyak yang nyolek hati nurani, Bayu dan keluarga putuskan untuk dobelin.
Baca Juga :
Bupati Garut Titip Masalah Kesehatan ke STIKes: Dari Angka Kematian ke Angka Harapan
Lucunya, pembagian ini tetap pakai mekanisme ala negara: ada pendataan, verifikasi, sampai koordinasi dengan RT/RW. Bedanya, kalau ini telat sehari, warga masih bisa maklum. Kalau bansos pemerintah telat sebulan, biasanya jawabannya: “masih dalam proses administrasi.”
Bayu mengaku, ini bukan pertama kali ia berbagi. Saat Covid-19, ia juga turun tangan. Bedanya, kalau dulu bagi-bagi beras sambil takut kena virus, sekarang bagi-bagi sambil takut harga naik lagi besok pagi.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”